Powered By Blogger

Kamis, 11 Desember 2014

Brantas Mafia Bola Indonesia

Masih segar dalam ingatan ketika Mursyid Efendi membobol gawangnya sendiri ketika di Piala Tiger 1998. Mursyid melakukan itu karena dia "disuruh" oleh seseorang yang mempunyai kepentingan tertentu dan mengharapkan Indonesia kalah guna menghindari tuan rumah turnamen saat itu Vietnam. Kejadian yang pada akhirnya disebut dengan istilah "Sepakbola Gajah" itu terulang kembali meski dalam skala yang lebih kecil yaitu terjadi di babak 8 besar Divisi Utama Liga Indonesia 2014 anatara Tuan Rumah PSS Sleman dan tamunya PSIS Semarang.Keajdian memalukan itu terjadi di Stadion AAU Yogyakarta 26 Oktober 2014. Dimana kelima gol yang tercipta pada laga yang digelar tanpa penonton itu semuanya adalah gol bunuh diri. Ditengarai, kedua belah pihak baik PSS Sleman maupun PSIS Semarang sama-sama mengalah guna menghindari pertemuan dengan BORNEO FC di semi-final yang selama ini diduga selalu diuntungkan oleh wasit. Komdis PSSI pun tidak diam, mereka bertindak dengan memberi sangsi yang bervariasi kepada pihak pihak yang terkait dengan kejadian tersebut. Sangsi yang diberikan pun bervariasi ada yang dihukum seumur hidup tidak boleh berkecimpung di sepakbola nasional, ada juga yang hanya beberapa tahun dan ada juga denda yang mencapai ratusan juta rupiah. Namun, lagi-lagi ketegasan komdis dalam memberi sangsi perlu dipertanyakan. Sama seperti kejadian di Piala Tiger 1998 yang diberi sangsi hanya aktor yang ter;libat langsung di lapangan, sementara aktor utama ynag menjadi dalang pengaturan skor masih bebas berkeliaran. Hal ini mengindikasikan bahwa di PSSI itu sendiri ada mafia yang turun temurun sejak dulu! Indikasi bahwa PSSI itu "doyan uang" sebenarnya sudah terendus ketika hak siar televisi ISL di jual ke pihak TV berbayar serta yang paling berakibat fatal tentunya disiarkanya seluruh pertandingan Timnas U-19 yang pada akhirnya permainan Evan Dimas cs mudah ditebak lawan dan hancur lebur di Piala Asia dengan menjadi juru kunci.Tidak diperbolehkanya intervensi oleh pemerintah terhadap suatu federasi sepakbola di negerinya jug merupakan jalan mulus "mafia-mafia bola untuk semakin menancapkan cengkramanya di ranah sepakbola nasional. Mungkin seharusnya pengurus PSSI dipilih langsung oleh rakyat agar nanti pengawasan terhadap mereka bisa lebih terbuka. dan sampai kapanpun prestasi Indonesia di dunia international akan tetap jalan ditempat atau bahkan mundur disalip negara-negara lain.

Rabu, 26 November 2014

Sejarah kelam kembali tercipta di sepakbola Indonesia. Setelah rekor tak pernah kalah selama 21 pertemuan terakhir melawan Filipina hancur lebur kemaren sore. Berturut-turut Phil Younghusband, Manuel Ott, Steuble dan Rob Gier mencabik-cabik gawang kawalan Kurnia Meiga. Melihat fakta tersebut sebenarnya sangat miris karena kita semua masih ingat momen kemenangan terbesar Imdonesia di pentas internasional adalah ketika melawan filipina dengan skor yang tak lazim yaitu 13-1. Memang kita patut menyalahkan Stamina pemain yang bobrok, kita juga pantas menyalahkan Riedl yang salah memainkan skema, kita juga layak menyalahkan PSSI yang tidak bisa menghasilkan kompetisi yang bagus buat para pemain. Namun, alangkah baiknya jika kita introspeksi secara mendalam tentang olahraga tercinta ini. Jika kita ingin menghasilkan Timnas yang kompetitif kita harus meikirkan dengan sangat serius pembinaan usia dini. Memang ada anggapan, kompetisi bagus akan menghasilkan output Timnas yang bagus juga. Tapi, saya sangat tidak setuju dengan anggapan itu. Berkacalah dengan Inggris, Liga nya sangat bagus dan dunia sudah mengakui itu, tapi Prestasi Timnasnya Nol! hal itu karena di Inggris sangat "memuja uang". hampir 70 persen pemain yang merumput di Inggris adalah pemain asing. Bandingkan dengan Italia, Walaupun kini pamor liganya sudah memudar, namun Timnasnya masih sangat kompetitif, itu karena pembinaan pemain muda di Italia sangat bagus dan nereka juga punya rasa nasinalisme yang sangat tinggi dalam menggembangkan sepakbola. PR buat PSSI masih akan sangat banyak.

Selasa, 20 Mei 2014

Kami Bingung !!!

Pemilu Legislatif sudah berlalu, dan kita semua tau bagaimana jalanya dan bagaimana hasilnya. Partai berlambang banteng memenangkan pemilu legislatif. Setelah Pemilu Legislatif usai kita dihadapkan pada Pemilu Presiden yang akan dilaksanakan awal Juli mendatang. Sejauh ini ada 3 nama yang santer di beritakan mencalonkan diri untuk menjadi orang nomor 1 di negeri ini. Mereka adalah, Prabowo Subianto, Joko Widodo, dan Aburizal Bakrie. Dari ketiga nama diatas sepertinya tidak ada yang bisa benar-benar dipandang pantas untuk memimpin negeri ini. Ketiganya masih sangat kurang memberi kontribusi positif kepada negeri. Sebaliknya banyak opini publik dan beberapa fakta yang menyebutkan borok-borok mereka. Pertama, kita bahas Prabowo, beliau adalah anak konglomeret, mantan jendral Kopoassus dan mantan menentu Soeharto. Dari isu yang beredar, beliau kataya pernah terlibat dalam pelanggaran HAM di Timor Timur pada sekitaran tahun 1980an dan diduga terlibat dalam berbagai kasus penculikkan yang terjadi menjelang reformasi antara tahun 1997-1998. Tapi Prabowo dengan tegas membantah tuduhan-tuduhan itu. Walaupun begitu banyakpihak takut jika Prabowo berhasil menjadi Presiden, nantinya kita akan dibawa kembali ke masa orde baru dimana pada masa tersebut bisa disebut juga dengan masa "kediktatoran lembut". Kedua, Joko Widodo, pria kelahiran Solo yang juga merupakan mantan Walikota Solo dan saat ini masih menjabat sebagai Gubernur DKI jakarta. Jika kita lihat trek rekornya bisa dibilang orang satu ini sangat gila jabatan, karena dia belum tuntas di Solo sudah melangkah ke Jakarta, Di Jakarta apalagi belum genap 2 tahun menjabat sudah berani melangkah untuk jadi Presiden. Ada dugaan lain yang mengatakan bahwa Jokowi sebenarnya hanya dijadikan :boneka" oleh elit-elit di partainya dan pengusaha-pengusaha besar yang ada di belakang paratainya. Masih ingat kasus BLBI di jaman Megawati? siap-siap saja kita akan mengulangi kerugian sebanyak itu jika kita dipimpin oleh Jokowi. Ketiga, Aburizal Bakrie. Pengusaha kaya raya asal Lampung, Capres usungan Golkar. kita semua tau Ical adalah salah satu pemgusaha paling kaya di Indonesia Bakrie Group nya. Masih ingatkah dengan Lumpur Lapindo? Lumpur yang sampai saat ini semakin menggenangi Sidoarjo. Ditengarai Ical melakukan penyallahgunaan wewenag pada saat dia menjadi Menko Perekonomian, dia diduga menggunakan dana APBN untuk menanggulangi meluapnya lumpur lapindo kala itu yang nyatanya sudah jelas merupakan kesalahan dari perusahaan yang bersangkutan dan Ical punya saham disitu. Ical juga diduga melakukan berbagai penggelapan pajak. Kita seakan dihadapkan pada sesuatu yang sulit, dihadapkan pada suatu pilihan yang sulit. Mantan Jendral yang diduga punya borok di masa lalu, Anak kemaren sore yang di setir oleh elit partainya, dan pengusaha kaya raya yang punya banyak andil terhadap meruginya APBN. Menurut saya, Indonesia butuh sosok demokratis tapi bisa bersikap tangan besi jika diperlukan dan punya program yang merata untuk memajukan seluruh bagian Indonesia.

Kamis, 27 Februari 2014

Harapan Untuk Sepakbola Indonesia

Kalah 10-0 dari Bahrain, mempunyai 2 timnas, 2 liga profesional. itulah sekelumit kisah kelam yang pernah melanda persepakbolaan Negeri ini. Hal tersebut tak lain disebabkan karena politisasi di dalam tubuh PSSI yang notabene merupakan empunya Bal-balan di negeri ini. Kita sebagai Bangsa Indonesia mungkin malu dan muak  menyaksikan hal seperti itu. Namun, kisah-kisah itu telah berlalu, dan kini harapan tinggi kembali kita berikan kepada Tim Nasional. Hal tersebut dimulai dengan menyatukan 2 timnas dan 2 liga yang selama ini "berseteru". Pihak-pihak yang selama ini berada dibalik kedua kubu yang berseteru tersebut mulai disatukan.  Puncak dari pemersatuan tersebut adalah ketika Timnas senior yang kala itu di asuh oleh pria Brasil benrama Jackson Thiago menghadapi Arab Saudi dalm Lanjutan Pra-Piala Asia di GBK. Timnas yang malam itu berlaga diisi pemain-pemain yang selama ini dipisahkan oleh konflik kepengurusan yang melanda PSSI. Walaupun hasilnya Timnas kita mengalami kekalahan tipis 1-2, tapi rasa optimisme mulai muncul, hal itu dikarenakan Timnas kita saat ini dihuni pemain-pemain yang cukup punya kualitas. Dikala kita masih terjebak dalam eforia bersatunya PSSI kita kembali dibuat kagum oleh teman-teman kita di Timnas. Namun kali ini bukan Timnas senior ataupun U-23 yang unjuk gigi, melainkan Timnas U-19. Tim yang di gawangi Evan Dimas, Ilham udin, dkk, itu berhasil merebut titel juara piala AFF U-19 2013 yang kala itu di helat di Gresik dan Sidoarjo. Menurut saya tim ini bermain sangat baik, dengan Evan dimas sebagai poros serangan tim ini memainkan bola-bola pendek dan umpan-umpan trobosan yang sangat apik. Selang beberapa bulan kemudian, Tim ini kembali membuat kejutan. tak tanggung-tanggung kali ini mereka lolos ke putaran final Piala Asia 2014 setelah menyapu bersih 3 pertandingan di babak kualifikasi. Dan yang lebih hebat lagi tim ini berhasil membuat Korea selatan U-19 tertunduk lesu karena berhasil mereka kalahkan 3-2 dalam pertandingan yang sangat sengit. Satu momen yang paling saya ingat adalah ketika konfrensi pers sebelum pertandingan pelatih timnas U-19 berkomentar "Korea ga ada apa-apanya". dan ucapan itu berhasil di buktikan Indra Sjafri. Setelah lolos ke putaran final Piala Asia U-19, Timnas U-19 saat ini sedang menjalani pelatnas jangka panjang dan berbagai macam pertandingan persahabatan. Kita semua tentu berharap kejutan yang diberikan tim ini tidak hanya sampai daerah regional saja tapi harus bisa berbicara banyak di level Asia, bahkan dunia. Karena menurut saya Tim ini mempunyai potensi untuk itu. dan sepertinya generasi-generasi indonesia selanjutnya juga memeiliki potensi yang sama bahkan lebih besar. jadi bersiaplah Bangsa Indonesia, suatu saat nanti kita akan menyaksikan 11 orang berseragam merah-putih berbaris di lapangan menyanyikan lagu Indonesia Raya di panggung Piala Dunia !
2018, atau mungkin saja 2022. semoga.