Powered By Blogger

Kamis, 25 Juni 2015

Pesepakbola, (masih) Menjadi Profesi yang Tak Menjanjikan di Indonesia

Sepakbola menjadi olahraga yang paling populer di planet bumi. Anggapan tersebut memang benar adanya dilihat dari bagaimana masyarakat dunia menyambut setiap event olahraga ini. Hal tersebut juga berlaku di negara kita Indonesia. Bahkan dulu kita sempat punya hak untuk menepuk dada, lantaran prestasi kita memang patut dibanggakan. Kita pernah masuk ke Piala Dunia 1938, Olimpiade 1958, Peringkat 3 Asian Games dan beragam prestasi lainya. Namun, sayang hal itu terjadi malah disaat perkembangan sepakbola belum segemerlap sekarang ini. Sekarang ini prestasi kita sedang ada di titik nadir. Bayangkan, terakhir kali kita meraih gelar bergengsi adalah ketika Sea Games Manila 1991, kala itu Robby Darwis dkk. berhasil mengalahkan sang rival Malaysia 1-0 lewat gol Ribut Waidi. Sekarang ini presatsi yang kita "banggakan" hanyalah 4 kali runner-up AFF Cup. Dan yang paling menyedihkan lagi adalah nasib para pesepakbola yang berkompetisi di liga indonesia. Bagi mereka yang berlabel bintang dan mungkin menjadi langganan masuk Timnas, mungkin akan bisa punya tabungan lebih. Nah, bagi mereka yang hanya bermain di divisi utama atau bahkan di level lebih bawah lagi ini akan sedikit kerepotan. Gaji rata-rata pemain yang berkiprrah di divisi utama berkisar 5 jutaan per bulan, cukup lumayan memang, tapi itu dengan catatan klub mereka disiplin membayarkan gaji para pemainya. Dalam banyak kasus, banyak klub di Indonesia yang menunggak gaji para pemainya hingga berbulan-bulan, bahkan hal itu juga masih sering ditemui di liga level tertinggi ISL. Kasus meninggalnya pemain asing Diego mendeita menjadi contoh yang paling nyata. Dia meninggal karena tidak ada uang untuk membayar biaya pengobatanya keran gajinya tidak kunjung dilunasi oleh klub yang dibelanya saat itu yaitu Persis Solo. Dan masih banyak lagi kisah-kisah pilu yang terjadi di Indonesia. Namun, walaupun begitu, profesi ini masih menjadi salah satu profesi yang diimpikan oleh anak-anak Indonesia. Profesi sebagi atlet, dalam hal ini sepakbola memang memiliki waktu yang singkat, paling lama pemain akan kuat bermain selama 20 tahun, setelah itu mereka harus menggantung sepatunya dan mengakhiri karirnya. Nah, di saat seperti ini lah kadang menjadi problem, terutama bagi mereka yang tidak berlabel pemain bintang. Mereka akan kesulitan dalam mencari penghidupan yang baru bagi keluarganaya. Profesi yang memungkinkan bagi para mantan pemain sepakbola adalah, menjadi Pundit, Comentator, pelatih, dan agen pemain. Namun, tidak semua pemain memiliki bakat untk melakoni profesi semacam itu, nah disini seharusnya peran PSSI dan Pemerintah dalam hal ini Kemenpora sangat diperlukan. Daloam situasi Indonesia yang sedang kena sanksi FIFA ini, seharusnya dua lembaga itu bersatu bersama dalam membangun sepakbola Indonesia, bukan malah berkonflik sana sini tanpa henti.

Selasa, 16 Juni 2015

Bangkit !

Kita pernah menderita berabad-abad dibawah kekuasaan Belanda Kita juga pernah mencicipi kekejian Jepang yang mengaku saudara Namun, kita bisa bangkit, dan melawan bahkan akhirnya bisa menang dengan jumawa Hingga kita bisa hidup merdeka dari belenggu mereka Namun, perjuangan kita justru semakin sulit Permasalahan yang dihadapi semakin bertambah rumit Kita tak lagi hanya berperang melawan Bangsa-Bangsa lain Lawan terberat kita justru dari Tanah Air kita sendiri Korupsi, dan segala bentuk penyelewengan uang negara sudah membudaya Pendidikan, pertanian, agama, bahkan Sepakbola Semuanya sudah dirasuki oleh para mafia durjana Yang pantasnya menghuni neraka bersama setan dan sekutunya Lalu, masihkah ada harapan untuk kita? Jika ada pertanyaan semacam itu, saya jawab dengan tegas ada!!! Kuncinya ada dalam diri kita wahai pemuda Kita adalah harapan Bangsa Indonesia yang selanjutnya Maka dari itu, jadilah pemuda yang seharusnya pemuda itu seharusnya kuat, tidak lemah Pemuda itu seharusnya cerdas, tidak bodoh Pemuda itu seharusnya cinta terhadap tanah air, bukan malah ikut mengancurkanya "Bangkitlah dengan jiwa yang berseri-seri di dalam kalbu" Bung Karno pernah berkata Dan sudah semestinya kita mengikutinya

Selasa, 09 Juni 2015

Kembalinya Sang Juara

Berlin (6/6/15) akhirnya menjadi saksi kedigdayaan FC Barcelona, setelah anak asuhan Luis Enrique itu berhasil melimat jawara Italia Juventus dengan skor meyakinkan 1-3. Pertandingan baru berjalan belum genap 4 menit, gawang juve yang dijaga kiper gaek Gigi Buffon berhasil dijebol oleh si nomor 4 Ivan Rakitic setelah meneruskan sodoran Andres Iniesta. Setelah gol itu pertandingan menjadi semakin hidup, atmosfer di stadion sangat menegangkan karena bergantian kedua tim saling jual beli serangan ditamnbah sorak sorai dari pendukung kedua kubu yang menambah tensi pertandingan semakin sengit. Namun tangguhnya kedua penjaga gawang dari kedua tim memaksa skor 1-0 tetap bertahan hingga jeda babak pertama. Dibabak kedua Juventus mencoba mengambil inisiatif serangan, mereka beberapa kali berhasil merepotkan penjaga gawang muda barca yaitu Marc-Andre Ter Stegen yang memang tampil brilian malam itu. Disisi lain Barcelona mencoba memanfaatkan kecepatan tridente nya untuk melakukan serangan balik cepat ke jantung pertahanan juve namun masih belum berhasil. Berawal dari kesalahan Jordi Alba yang bolanya berhasil direbut Marchisio, lalu Marchisio memberi umpan backheel yang indah kepada Arturo Vidal yang dilanjutkan dengan cut-back manis vidal untuk tevez, bola yang ditendang Tevez dengan brilian berhasil ditepis oleh Ter Stegen, namun bola muntah berhasil disambar Alvaro Morata yang berdiri bebas dan skor berubah menjadi 1-1. Gol tersebut sempat membangkitkan mental anak-anak Turin, terbukti intensitas serangan mereka meningkat drastis, beberapa kali wonder kid mereka Paul Pogba berhasil mengancam pertahanan Braca. Sampai pad akhirny berawal dari penetrasi Messi di sisi kiri pertahanan Juve, bola di tendang dengan kencang oleh messi dan dengan hebat di tepis oleh Buffon, Namun tak terduga bola muntah itu disambar oleh Luis Suarez dan Barca kembali unggul 2-1!. Seketika angin kembali ke pihak Barcelona. Dan, pada akhir injury time babak kedua Neymar berhasil mempertegas kemenangan Barcelona setelah dengan mudah menceploskan bola hasil sodoran dari pemain pengganti Pedro Rodriguez dan menjadikan skor akhir 3-1 untuk barcelona. Setelah itu pesta pun menjadi milik seluruh fans blaugrana di penjuru dunia. Treble kedua barca sepanjang sejarah dan sekaligus gelar UCL kelima bagi Barcelona.